Buku ini merupakan pengembangan dari catatan-catatan pribadi Bre Redana dalam hubungannya dengan guru silatnya, Guru Besar Persatuan Gerak Badan (PGB) Bangau Putih, Gunawan Rahardja. Bre Redana bergabung dengan perguruan ini sejak pertengahan tahun 1980an. Semenjak tinggal di Ciawi, Bogor, sekitar tahun 2005, dia makin sering berada di rumah perguruan yang juga terletak di Bogor. Selain berlatih, ia sering ngobrol dengan Guru Besar Gunawan Rahardja memperbincangkan apa saja dari soal keilmuan silat sampai hal-hal sehari-hari.
Dalam buku ini Bre Redana mencatat bagaimana kearifan pendiri perguruan, yakni Suhu Subur Rahardja, berikut pergulatan perguruan, yang mengartikan bahwa silat tidak sekadar urusan tangkis pukul. Keberadaan dramawan Rendra sebagai murid yang aktif semasa Suhu Subur Rahardja memimpin perguruan turut memperkaya pemikiran-pemikiran dalam perguruan. Ilmu silat tak ubahnya dengan ilmu surat—dunia jurnalistik yang digulati oleh penulis.
Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama, memberi pengantar buku ini. Melalui buku ini ia melihat silat sebagai bagian dari keberagaman budaya Indonesia, dimanfaatkan untuk merevitalisasi kehidupan sehari-hari secara luas. Dia dimanfaatkan untuk memahami berbagai hal, dari kesenian seperti teater, musik, sampai ke arsitektur serta berbagai pemikiran mengenai hal-hal yang esensial dalam kehidupan.