Skip to main content
Nota

Partisipasi Politik Barongsai

By February 25, 2024No Comments

SALAH satu rangkaian acara Imlek yang saya gemari adalah perayaan Cap Go Meh, dua minggu setelah tahun baru Imlek.

Tiap tahun saya mengikuti karnaval—belakangan namanya jadi ‘pesta rakyat’—Cap Go Meh di Bogor berupa karnaval barongsai, menyusuri Jl Suryakencana sepanjang sekitar 5 kilometer dari Vihara Dhanagun sampai Sukasari/Batutulis.

Saya ikut rombongan PGB Bangau Putih mengarak kielin, dipimpin Guru Besar PGB Bangau Putih Gunawan Rahardja.

Kielin, agak mirip barong, adalah makhluk mitologis China yang dipercaya punya “kasta” lebih tinggi dari barong.

Dalam iring-iringan biasanya kami berada pada urutan paling depan.

Pada kesempatan seperti ini Jl Suryakencana ditutup sejak pukul 14.00.

Penonton tumpah di kiri kanan jalan.

Melewati deretan pertokoan, kielin dapat banyak angpo.

Xie xie.

Beda dengan tahun-tahun sebelumnya, Cap Go Meh yang tahun ini jatuh pada hari Sabtu tanggal 24 Februari kemarin, tidak ada karnaval jalanan.

Kielin hanya main di halaman Vihara Dhanagun, ditonton lumayan banyak orang.

Di vihara atau klenteng Dhanagun selama suasana Imlek banyak orang menyalakan lilin dan dupa sambil doa.

Doa di vihara

Tungku dapur umum senantiasa menyala.

Enak ikut makan di klenteng.

Selain gratis tanpa janji-janji masakannya terutama nasi gorengnya memang istimewa.

Doa dan upacara, kongkow-kongkow, main kielin, demonstrasi gerak silat, tari poco-poco, joget dangdut, dan lain-lain yang berlangsung di klenteng adalah gambaran bahwa klenteng memang tempat komunitas.

Tempat kumpul-kumpul dan bersosialisasi.

Kegembiraan di klenteng Dhanagun

Dari situ pula sebuah tradisi diwariskan turun-temurun secara organik, tradisi yang berakar dan berumur ratusan abad, yakni Konfusianisme.

Secara organik, sebab tidak ada blueprint muluk-muluk.

Para pemain kielin PGB Bangau Putih adalah para remaja yang saya tahu dari kecil sudah akrab dengan permainan ini.

Patrick yang kini SMA saya melihat sejak dia balita suka main barong.

Lia, penabuh tambur, saya tahu dia dari semenjak ia remaja, manis, menabuh tambur membuat dada saya bergetar.

Lia dan tambur jalan.

Kini dia sudah jadi ibu dari dua anak.

Dulu pernah saya minta ia ajari bagaimana menabuh tambur seperti itu.

Dia ajari saya bagaimana memegang tongkat pemukul tambur.

Jangan dipegang keras, letakkan saja di telapak tangan, begitu saya ingat.

Pukul sepelan mungkin, dengan suara yang dihasilkan sepelan yang bisa didengar orang.

Saya kaget ketika itu.

Ini mah permainan dan pekerti tingkat dewa, pikir saya waktu itu.

Berbeda dari suara kereta kuda dalam legenda di Barat yang bergemuruh, chariot of fire,  di Timur kereta yang ditumpangi Raja Yudhistira tidak ada suaranya.

Roda kereta melayang sejengkal di atas permukaan tanah.

The power of lightness.

Saya tidak melanjutkan berlatih memukul tambur, biarlah saya jadi penulis saja.

Bersama Patrick

Bermula dari sekitar abad ke-6 Sebelum Masehi, diantara isyu fundamental Tiongkok ketika itu untuk merumuskan aturan hidup, kebajikan atau virtue, serta keadilan, ada nama besar dalam pergumulan ide-ide waktu itu, yakni Kong Qiu, yang akhirnya menjadi Kongfuzi (Master Kong)—di Indonesia jadi Konghucu.

Oleh kalangan misionaris Eropa pada abag ked-17, sebutan pemikir besar itu di-Latin-kan menjadi Confusius.

Beruntung saya pernah mengunjungi tempat asal Confusius di provinsi Shandong dengan naik kereta api cepat dari Beijing.

Confusius adalah agitator politik.

Bagi dia pada politik melekat segi-segi etis dan noral.

Dengan muatan moral dan etika, kekuasaan merupakan mandat langit.

Langit atau Tian, kekuasaan sebagai mandat langit disebut Tian Ming.

Pewarisan nilai dan pandangan di atas diwariskan melalui kombinasi legenda, inskripsi, teks, arkeologi, dan lain-lain.

Ritus, karnaval, upacara, merupakan bagian organik dari pewarisan nilai-nilai tersebut.

Sebagai wong cilik, dengan ikut karnaval saya ingin berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa, mengingatkan bahwa ada yang hilang dari bangsa ini sekarang: tidak adanya moral dan etika dalam politik.***

25/2/2024

Leave a Reply