Adriana tertawa sendiri dengan pikiran yang melintas tadi: jangan-jangan mereka ngumpet-ngumpet ciuman di sudut rumah entah di mana. Punya banyak teman lelaki dalam pergaulan yang wajar dan biasa-biasa saja, Adriana jadi tahu, banyak lelaki adalah penjahat.
Menurut dia yang dibutuhkan adalah kementrian lelaki, bukan kementrian wanita.
Yang lebih perlu diregulasi adalah kaum lelaki, bukan kaum wanita.
Dunia menderita cacat lahir. Lelaki-wanita berada dalam relasi yang tidak seimbang. Sejauh ini wanita lebih banyak jadi korban.
Itulah pandangan Adriana kemudian, tanpa disertai bias pengalaman pribadi.
Ia tidak lagi menyimpan sakit hati, marah, dendam terhadap Lambang. Tepatnya: tak ada perasaan apa pun.
Lambang ia terima sebagai ayah Stella.
Kehidupan Lambang tak seperti dulu lagi. Bisnis keluarganya surut. Mungkin Lambang sendiri agak susah hidupnya.
Perkawinannya dengan Sandra telah tamat. Lambang kini kembali ke kota kelahirannya, Semarang.
Tentang Sandra, dengar-dengar dia mengidap kanker.
Adriana tak berminat tahu lebih banyak.
Hanya saja beberapa teman wanita tanpa diminta dengan suka cita mengabarkan keadaan Sandra. Sampai detil yang rasanya tidak perlu. Katanya kurus kering, begini, begitu, dan seterusnya.
“Siapa sih dukun santet lu,” seorang teman berseloroh sambil tertawa.
Adriana tak menanggapi. Gurauan tersebut baginya sangat tidak lucu.
Ia membiarkan Stella berhubungan dengan ayahnya.
Beberapa kali dia bertemu Lambang berkaitan dengan Stella. Hubungan tak lebih dari teman.
Lambang kelihatan tua, sementara Adriana secemerlang Aphrodite yang turun ke bumi dari angkasa mode Milan, Italia.
Saat krisis hubungan dengan Sandra, Lambang datang padanya layaknya anak mengadu ke pangkuan ibu.
Adriana mencoba menguatkannya, tanpa banyak bicara karena tidak tahu harus berkata apa.
Yang selalu ia tolak adalah ajakan dinner berdua oleh Lambang.
“Buat apa. Yang tidak-tidak saja,” gumamnya tertawa seperti mengetawakan orang kurang waras.
Pernah Stella coba-coba berbisnis fashion. Barangnya bercitarasa edgy, anti-mainstream.
Modal tentu saja dari Adriana. Ini yang kesekian kali Adriana memodali Stella.
Yang lucu label fashion tadi “Adilukito”.
Lagi-lagi Adriana tertawa mengenangnya. Ia berbisnis dengan merek “Adilukito”.
Untuk menyemangati Stella dia suka rela membantu jadi salah satu agen, ikut menjual fashion “Adilukito”.
Seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya, apa yang disentuh Adriana jadi uang. Dari segi penjualan, yang paling banyak menjual dagangan Stella adalah Adriana.
Banyak teman tertawa.
Ada yang berseloroh: kini Adilukito pun kamu jual.
Iya, murah-murahan, jawab Adriana tertawa.
Bisa stroke Lambang kalau mendengar guyonan para perempuan urban tadi.
Adakah itu salah satu tahap pelepasan, Adriana bertanya pada diri sendiri. Sanggup menerima dan memaafkan?
Terus terang, tentang masa lalunya dengan Lambang ia merasa kian menjadi enteng.
Diingatnya, yang justru susah dia melepaskan diri adalah jeratan kenangan dengan Bara.
Dawai-dawai tipis di hati bergetar setiap kali dia ingat nama itu, mendengar orang menyebut nama itu.
Nyetttt, seperti ada yang menusuk ulu hati.
Padahal kalau dipikir-pikir hubungan mereka terbilang pendek, hanya hitungan bulan. Yang tak terlupakan terutama episode 3 malam Jati Inn. Dia bisa mengenang tahap demi tahap sejak melihat Terano Kingsroad masuk halaman penginapan sampai malam terakhir Bara menginap di situ, dini hari di bawah siraman shower mandi bersama.
Kadang dia memimpikan itu terulang lagi.
Buru-buru Adriana menyadarkan diri.
Kita tidak pernah bisa mengulang keindahan masa lalu, kecuali memperumitnya dengan detil-detil yang belum tentu mampu membuatnya lebih indah dan lebih berharga.
Biarlah kenangan tadi di sana, selamanya. Tidak usah diutik-utik lagi.
Di Jakarta setelah episode hutan jati yang menyerupai perjanjian dengan roh, mereka melanjutkan hubungan.
Sering pagi hari sebelum aktivitas kerja, Bara muncul di kediamannya di Pondok Indah.
Keduanya tahu apa yang hendak dilakukan. Mereka mengunci diri di kamar.
Asisten rumah tangga melihat pintu kamar ibu tertutup rapat. Boleh jadi para asisten menelan ludah, membayangkan apa yang tengah terjadi di dalam.
Sejam atau dua jam kemudian mereka muncul.
Sama-sama segar habis mandi. Adriana sumringah. Rambut Bara masih basah habis keramas.
Adriana minta asisten menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
Jangan lupa madu, manuka honey dari New Zealand. Bagus untuk menjaga stamina.
Keduanya menikmati sarapan sambil bertatapan penuh arti.
Bersambung