Skip to main content
Cerita

Minak Jingga dan Saya (30)

By March 23, 20212 Comments

Kembali pertemuan agung pendapa Majapahit. Ratu Ayu Kencanawungu dihadap para petinggi kerajaan.

“Negara repot oleh ulah satu orang. Orang gila. Minak Jingga. Persoalan jadi berlarut-larut. Aku heran, tidakkah ada satu dari kalian yang bisa mengatasi. Lama-lama aku curiga ini bagian permainan pejabat entah siapa,” kata Kencanawungu.

Beberapa waktu terakhir ia melulu jengkel melihat para pembantunya.

“Coba bayangkan. Kita menguasai Nusantara, tapi tidak ada yang mampu bertindak ketika satu orang menduduki sebuah kadipaten. Dimana saja sebenarnya kalian selama ini,” ia melampiaskan kekesalan.

“Menurut telik sandi ada kekuatan luar membantu Minak Jingga,” kata patih Logender.

Semua kaget.

“Kekuatan luar? Apa maksudmu paman Logender?” tanya Kencanawungu.

“Tiongkok,” jawab Logender.

“Patih Logender jangan asal bicara kalau tidak punya bukti,” Minak Kuncar menyela.

“Engkau tidak pernah percaya apa yang aku ucapkan. Dengar apa yang diucapkan orang, bukan siapa yang mengucapkan,” Logender menjawab Minak Kuncar.

“Jadi betul desas-desus yang kudengar selama ini…,” Kencanawungu berucap pada diri sendiri.

“Panglima kasim dari Tiongkok namanya Ma He Sanbao telah menanamkan kekuatannya di Champa, Malaka, Sumatera. Kini dengan ribuan kapal jung dia bertiwikrama di perairan laut Jawa,” Logender melanjutkan.

“Itu benar-benar terjadi, sudah terjadi, baru akan terjadi, atau tidak pernah terjadi dan hanya khayalanmu patih Logender,” kembali Minak Kuncar menyela.

“Sudah terjadi, akan terjadi, belum terjadi, tidak ada bedanya. Waktu sifatnya abstrak. Tidak terpotong-potong. Imajinasimu kelewat dangkal dalam memahami waktu, Minak Kuncar. Seperti kenyataan. Sekala dan niskala. Yang jelas pelayaran laksamana Sanbao benar-benar terjadi,” Logender tak mau kalah menghadapi Minak Kuncar.

“Apa saja yang paman patih Logender ketahui mengenai Sanbao?” kata Kencanawungu.

“Mereka hanya menggunakan senjata bilamana diperlukan. Mereka menyebarkan pengaruh dengan membagi-bagikan hadiah, upeti, serta pelayanan pengobatan yang menakjubkan. Selain itu mereka mengenalkan agama baru. Dewa mereka cuma satu,” ucap Logender.

Perlahan-lahan pertemuan tertarik mendengarkan Logender.

“Kerajaan-kerajaan di Sumatera mulai tertarik dengan agama baru. Begitu pun daerah-daerah di barat pulau Jawa. Mereka takjub dengan kemurah-hatian dan kemakmuran Sanbao dan armadanya.

Mereka menyinggahi Tuban. Hanya sejenak. Tetapi menurut telik sandi mereka diam-diam mengirim utusan ke Puralingga menemui Minak Jingga. Mereka memberi dukungan Minak Jingga untuk melawan Majapahit.”

“Jagad dewa batara,” seru Kencanawungu. “Dari zaman leluhurku Singasari, Nusantara bersahabat dengan Tiongkok.”

“Tidak ada persahabatan dalam politik kekuasaan. Yang ada kepentingan. Tiongkok sedang melebarkan sayap,” tukas Logender.

“Paman Logender benar, tapi mengapa dia tidak langsung secara terbuka menghadapi kita? Majapahit tidak gentar menghadapi Tiongkok.”

“Lebih mudah meminjam tangan satu orang gila. Mereka juga ingin membangun simpati rakyat, bahwa mereka cinta damai. Selain tentu saja sanggup menggantikan sistem kepercayaan kita dengan sistem kepercayaan yang lebih mampu menyejahterakan rakyat.”

Kencanawungu termangu-mangu. Beberapa waktu belakangan dia dibayang-bayangi wangsit dewa yang diterimanya secara samar-samar mengenai sandyakala Majapahit.

Tiba-tiba prajurit menghadap, melaporkan kedatangan utusan Minak Jingga.

Seisi ruangan terhenyak.

Angkutbuto masuk. Dia menjatuhkan diri di depan Kencanawungu, menghaturkan sembah.

“Untuk apa kamu datang kemari, buto?” tanya Kencanawungu.

“Hamba dititahkan prabu Minak Jingga menyampaikan surat kepada yang kami hormati penguasa agung Majapahit, Ratu Ayu Kencanawungu,” kata Angkutbuto.

Ia mengeluarkan surat dari ikat pinggang, menyerahkan kepada Kencanawungu.

Kencanawungu menerimanya.

Semua orang berdebar-debar.

Bersambung

Join the discussion 2 Comments

  • Hartono R says:

    Geopolitik kawasan msh berlanjut hingga saat ini. Sayangnya, choke-point selat Malaka tdk dimainkan. Kita ini sungguh bsngsa yg merugi.

Leave a Reply