Skip to main content
Cerita

Suatu Ketika, 2019

By August 9, 2021One Comment

Sebulan sejak berpulangnya Nancy kesedihan masih menggayuti keluarga mami. Bersahabat dengan anak mami paling tua, Juliana, Ardie merasa bagian dari keluarga. Ia ikut merasakan sedih dan nelangsa ketika orang yang kita cinta berpulang dan kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali meratapi dari kejauhan.

Dari video yang dikirim untuk keluarga di Jakarta, Theo dan 2 anaknya, Dieters dan Flora, melihat dari kejauhan proses pemakaman istri dan mama tercinta mereka. Meninggal karena covid, Nancy dimakamkan dengan protokol kesehatan di setra Mumbul.

“Nanche tersenyum bahagia di sorga,” Ardie berucap pada Juliana yang bangkit lagi kesedihannya setiap kali teringat Nancy.

Juliana terhenyak.

“Kamu menyebutnya Nanche?” tanyanya dengan nada heran.

Ardie terdiam, adakah yang keliru, pikirnya.

“Dari mana kamu tahu dia memiliki sebutan Nanche?” tanya Juliana. “Siapa kasih tahu?”

“Saya lupa siapa yang kasih tahu.”

Juliana menatap wajah Ardie.

“Hanya Theo yang memanggilnya Nanche. Bagaimana kamu tahu dan ikut-ikutan memanggil Nanche?”

“Siapa yang kasih tahu saya lupa,” Ardie mengulang jawaban.

“Setahuku kamu belum pernah ke Bali ketemu Theo. Kamu ketemu Nancy juga di sini di rumah mami. Atau kamu pernah ke Bali ketemu mereka? Seingatku kamu tidak pernah cerita,” Juliana menanyainya laksana jaksa.

Sadar Ardie dirinya kelepasan ngomong, salah ucap.

Betul, perjumpaan Ardie dan Nancy sebatas terjadi di kediaman mami di Permata Hijau, Jakarta.

Tahun 2019.

Melintas bayangan Nancy di benak Ardie.

Di rumah mami Ardie merasa di rumah sendiri.

Mami sering berucap, Ardie adalah anak laki-lakinya.

Anak keluarga ini perempuan semua. Setelah Juliana berturut-turut Mae, Belinda, dan Vina.

Ditambah Nancy.

Nancy adalah  anak angkat, berasal dari lingkungan keluarga. Dia putri adik mami.

Juliana bercerita, dulu ia dan ketiga adiknya tidak tahu kalau Nancy bukanlah saudara kandung.

Oleh ayah ibunya semua diperlakukan sama.

Bahkan sebagai bungsu Nancy diperlakukan istimewa—sebagaimana Juliana mendapat perlakuan istimewa. Juliana adalah primadona keluarga. Sampai sekarang.

Belakangan, begitu cerita Juliana, baru mereka tahu bahwa Nancy sepupu yang dibesarkan oleh papi dan mami.

Tidak ada yang berubah. Kasih sayang di antara mereka tetap seperti sedia kala. Hanya Vina yang kadang merasa sebal. Mustinya dia si bungsu. Ternyata ada bungsu gadungan, begitu selorohnya.

Perhatian Nancy kepada mami terbilang luar biasa.

The feeling is reciprocal.

Mami luar biasa perhatiannya terhadap Nancy.

Sering kepada Ardie mami bercerita mengenai Nancy yang ia belum pernah ketemu.

Hanya tahu namanya, ceritanya, serta fotonya.

Nancy tinggal di Belanda, ikut suaminya, Theo.

Pertengahan tahun 2019 mereka pindah ke Bali.

Mereka tinggal di Canggu.

Tahun 2019 itu pula pertama kali Ardie berjumpa langsung dengan Nancy.

Nancy datang sendirian ke Jakarta ke rumah mami.

Katanya Theo repot berbenah, dan anak-anak sekolah.

Terpesona Ardie melihat Nancy.

Dress yang dipakainya pun dia ingat. Termasuk anting bulat besar—mengingatkannya pada vokalis Shocking Blue, Mariska Veres. Rambutnya hitam panjang seperti Mariska.

Venus, decap Ardie dalam hati.

Keduanya bertatapan.

Nancy segera tahu, inilah Ardie, pelukis, seniman sahabat kakaknya.

Namanya sering disebut-sebut keluarga.

Di mata Ardie Nancy terkesan pendiam.

Tidak seperti Juliana dan ketiga adiknya yang ramai. Percakapan Ardie dengan Nancy hanya sepotong-sepotong.

Lebih banyak bertukar tatapan mata.

Mata mereka saling bicara.

Kata orang, ini yang gawat.

Setelah beberapa waktu mami masuk kamar. Waktu itu mami agak kurang enak badan. Ia tiduran di kamar.

Ardie menemani, duduk di kursi di samping ranjang, bercakap-cakap hal-hal lucu dengan mami.

Mami tertawa-tawa.

Ardie mencium pipi mami.

Nancy yang tadinya bercakap-cakap dengan saudara-saudaranya di ruang tamu tiba-tiba  menyusul masuk kamar.

Dia meloncat ke tempat tidur, ikut mencium sebelah pipi mami.

Begitu dekat wajah Ardie dan Nancy. Hanya sejengkal.

Entah ada dorongan apa, Ardie mencium pipi Nancy.

Nancy kaget.

Tidak mengira.

Juga tidak mengelak.

Seperti tidak terjadi apa-apa, tapi kalau dilihat secara seksama, wajahnya memerah. Blushing.

Ketika makan bersama, Juliana diam-diam memperhatikan Nancy dan Ardie.

Mata Juliana berpindah-pindah melirik keduanya.

Dilihatnya keduanya sangat sering bertatapan.

Ketika mengambil lauk, Nancy menjatuhkan sendok lauk.

“Kamu kenapa sih Nan, kelihatan nervous,” Juliana berucap.

Ucapannya bernada sindiran.

Diperhatikannya wajah Nancy yang malah blushing.

Yang tidak diketahui Juliana, Nancy dan Ardie kemudian sering bertukar pesan melalui handphone.

Mereka bahkan membuat janji makan siang berdua di restoran Manado tak jauh dari kawasan Permata Hijau.

Katanya Nancy kangen masakan Manado.

Begitu berdua, keduanya seperti sudah berteman setengah abad.

Ngobrol kesana kemari tak berkejuntrungan.

Dari cerita tentang Amsterdam, Bali, Jakarta, Depok, dan lain-lain. Dari hal sehari-hari sampai politik.

Ardie bilang dulu Bung Karno tidak suka nama ke-Barat-Barat-an.

“Nama Nancy akan diubah oleh Bung Karno,” kata Ardie. “Dulu ada artis namanya Lienche, oleh Bung Karno diberi nama baru yang lebih Indonesia. Akhiran che Dieche, Hanche, Nanche, bagi Bung Karno bercitarasa Belanda.”

Nancy tertawa.

“Saya punya panggilan Nanche,” kata Nancy.

“Oh pasti suamimu yang memanggilmu Nanche,” ucap Ardie.

“Ya, dia satu-satunya yang memanggil saya Nanche,” ucap Nancy. “Kamu kapan main ke Bali? Tengok saya?” lanjutnya.

“Bali adalah pulau asmara, begitu saya pernah mempelajarinya. Rumah kamu dekat pura?” tanya Ardie.

“Tidak terlalu jauh. Apa hubungannya dengan pura?”

“Makin dekat pura api asmara makin kuat. Saya bisa jatuh cinta padamu kalau saya ke Bali,” kata Ardie melucu.

Nancy tertawa gelak-gelak.

“Dan saya ikut-ikutan memanggilmu Nanche. Nanche adalah sebutan mesra,” Ardie bicara tak terukur.

“I don’t mind,” tukas Nancy.

Keduanya bertatapan.

Ardie memegang tangan Nancy.

Nancy balas meremas genggaman Ardie.

Sejak itu ketika cuma berdua Ardie memanggilnya Nanche.

Termasuk pernah berupa bisikan mesra di telinga.

Jelas mereka tidak mengumbar pengalaman tersebut pada keluarga.

Gila apa.

Selama di Jakarta beberapa kali Nancy keluar sendiri bertemu Ardie.

Kadang dimulai dengan bercanda melalui pesan WhatsApp.

“Ketemu yuk,” Ardie mengirim pesan.

“Yukkkkk,” balas Nancy.

“Semua gak boleh ikut,” Ardie membalas.

“Hanya kita berdua,” Nancy ganti membalas.

Dilanjutkan emoticon wajah tertawa sampai terguling-guling.

Ardie membayangkan betapa geramnya Juliana seandainya tahu percakapan keduanya.

Di keluarga, selain sebagai primadona, Juliana dikenal paling judes.

Adik-adik takut semua.

Di rumah, mami berkomentar mengenai Nancy dan Ardie.

“Kalian berdua kelihatannya sangat cocok,” kata mami.

Ardie tertawa.

Nancy merah mukanya.

“Ardie antar saja nanti kalau Nancy pulang ke Bali,” ucap mami.

“Hah, apaan pakai antar-antar,” Juliana yang mendengar percakapan menyela. “Kayak anak kecil saja.”

“Saya tak keberatan,” Ardie berujar.

“Tapi saya berkeberatan,” Juliana menjawab sengit.

Mami tersenyum.

“Biar nanti gantian Nancy antar Ardie jalan-jalan di Bali,” mami berucap sesukanya.

Ardie senyum-senyum.

“Awas kamu ke Bali gak bilang-bilang,” Juliana mengancam Ardie. “Nancy jangan percaya pada gombal dia,” lanjutnya beralih ke adiknya.

Percakapan terjadi bulan Agustus.

Nancy waktu itu berucap: kata orang bulan Agustus the best time in Bali. Hawanya sejuk.

“Kalau mau ke Bali sekarang,” kata Nancy.

Belum kesampaian Ardie ke Bali seperti ia janjikan, tahun 2020 dunia masuk era pandemi.

Oh, dunia….

Datanglah malapetaka itu. Siapa nyana orang yang dekat dengan kita bisa terkena covid dan tak tertolong. Tadinya kami mengira covid hanya cerita, bisa menimpa siapa saja kecuali diri kita sendiri dan orang-orang dekat kita.

Ardie tidak bisa melukiskan perasaannya setiap kali mengenang Nancy.

“Bisakah kamu jujur, siapa yang memberitahumu dia punya panggilan Nanche?” Juliana mengulang pertanyaan.

“Benar-benar saya lupa,” jawab Ardie.

Dalam bayangannya dia melihat Nancy senyum-senyum bahagia di sorga.

Di taman penuh bunga—lebih indah daripada taman bunga tulip Keukenhof.

Ardie membalas senyuman Nancy.

“Kenapa kamu senyum-senyum,” Juliana berkata curiga.

Ardie tidak menjawab. Pura-pura tidak dengar.

Dia bertekad akan merahasiakan semuanya.

Selamanya.***

9/8/2021

Join the discussion One Comment

Leave a Reply