Skip to main content
Esai

Doa Lingkaran Kosong: Untuk Sahabat-Sahabat Saya

By June 6, 202111 Comments

Apakah harapan saya setiap kali hendak berangkat tidur malam hari?

Semoga esok pagi masih diberi kesempatan bangun, raganya, jiwanya, pikirannya, masih ada yang bisa saya tulis.

Waktu tubuh: pagi hari limpa sedang kuat dalam mentransportasikan cairan nutrisi untuk energi pertumbuhan.

Saat terbaik untuk mengolah tubuh dan pikiran.

Menulis adalah salah satu jalan untuk mengolah tubuh.

Tubuh mengenal wiraga; wirama; wirasa.

Mengikuti asas di atas, menulis semata-mata melatih kesadaran atas ruang dan waktu melalui dinamika tubuh.

Sejak lama saya kembali membiasakan menulis dengan bolpen, pen, kadang bermain-main dengan kuas untuk mencorat-coret sesuatu.

Gerak organ tubuh dalam hal ini jari-jari mengaktifkan otak yang beku. Saya menulis dan mencoret apa saja, mengikuti tubuh.

Tenaga keluar dari persendian.

Tiga tigalah badan

Tiga gunung memeluk rembulan

(Rendra)

Seperti sudah saya sebut tadi, menulis adalah salah satu jalan untuk mengolah tubuh. Gerak sekecil atau sepelan apa pun—kadang ada gerak dalam diam—melahirkan dinamika.

Kesadaran atas dinamika tubuh, wiraga.

Apa yang saya tulis kurang saya pedulikan. Seperti belajar memanah, saya belajar teknis: merentang busur, menjepit anak panah dengan jari-jari agar anak panah tidak goyah.

Proses tadi lama-lama melampui hal-hal teknis.

Kesadaran gerak yang tadinya berupa wiraga, menjadi wirama. Kesadaran atas nada, irama, tempo.

Andaikata saya memiliki 1.000 anak panah, saya semata-mata ingin merasakan kapan mencabut anak panah dari sarungnya, memasang di tali busur, merentangkannya, ke arah mana dia hendak dibidikkan. Juga seberapa besar kecepatannya.

Sampai pada akhirnya saya tidak peduli lagi kemana anak panah saya arahkan.

Kemana saja mengikuti rasa. Wirasa.

Dalam pewayangan, Arjuna tidak membidikkan anak panah ke arah lawan yang saudaranya sendiri, Adipati Karna.

Dia mengarahkan panah Pasopati yang mematikan itu tegak lurus ke langit.

Dia saudaraku, biar kuhilangkan niatku, bisik Arjuna dalam hati.

Hanya dikarenakan ketepatan, termasuk ketepatan dengan kehendak alam, Pasopati berbalik menentukan arahnya sendiri, mengarah ke dada Adipati Karna.

Menghilangkan kehendak sendiri, berserah pada kehendak alam, itu saya rasakan sebagai sesuatu yang amat susah.

Bahkan hampir mustahil.

Yach, namanya manusia.

Lebih gampang menuliskannya seperti ini.

Saya hanya bisa mencoba berulang-ulang, setiap hari.

Jangan percaya pada hasil.

Percaya pada disiplin.

Kami tidak hebat.

Kami terlatih.

Dulu, mengenal Rendra dan Bengkel Teater, saya tahu sebelum pentas di belakang panggung mereka melakukan apa yang disebut “Doa Lingkaran Kosong”.

Apa susahnya meniru-niru. Begitu bangun tidur saya memulai dengan Doa Lingkaran Kosong.

Bersedia menerima apa saja, hari ini.

Sampai nanti, berangkat tidur lagi.***

Join the discussion 11 Comments

  • DaHonoF says:

    Doa Lingkaran Kosong, mungkin itu yg dibutuhkan semua manusia saat ini…

  • Hartono R says:

    Mohon ijin, esai ini saya gunakan untuk contoh tulisan YANG MENGGERAKKAN.

  • Iim says:

    mengenal hal baru: wirama, wiraga, wirasa.
    Sukses selalu

  • anul says:

    Doa yang tidak memaksa dan mengancam sang Khalik

  • Eli says:

    saat saya membaca tentang busur dan anak panah saya terbayang saya sedang memegang busur dan anak panah yang seolah olah saya akan melepaskan anak panahnya…

  • andriani says:

    pengingat yang bagus

  • Ayu says:

    Untuk bisa terbiasa akan sesuatu kita memang harus mengulang-ulang hal tersebut agar menjadi kebiasaan.

  • Abd Jabbar says:

    Setuju, bahwa menulis semata-mata melatih kesadaran atas ruang dan waktu melalui dinamika tubuh. konsistensi berlatih akan dapat menciptakan karya yang inspiratif

  • Liza says:

    mengingatkan kembali setiap dari kita perlu berhenti sejenak & merenung

  • Damar says:

    Manusia butuh berdo’a kepada penciptanya, manusia perlu berpikir, berbuat, belajar dan kemudian berpikir lagi apakah yang telah kita perbuat dan kita kerjakan itu baik bagi kita, baik bagi orang di sekeliling kita dan lebih bagus lagi bila apa yang kita perbuat, baik bagi masyarakat banyak. Panah arjuna itu seperti perbuatan kita yang kita lepaskan kemana saja, dan akhirnya ada yang berbalik kepada kita. Terima kasih mas (saya temannya Hartono, tulisannya menyentuh – Damar (mail2damar@gmail.com)

  • Syafrimet uda met says:

    Jangan percaya pada hasil, percayalah pada disiplin.
    Terimaksih, sebuah kalimat yang sangat memotivasi, karena disiplin biasanya memberikan hasil yang baik..

Leave a Reply