Santosa Santiana, di kalangan teman-temannya dipanggil SS, pensiun dari koran tempatnya bekerja selama puluhan tahun. Persis pada hari pensiun, usai perpisahan dengan teman-temannya, ia dibawa Nindityo ke kantor baru yang ia persiapkan sebagai kantor koran yang hendak diterbitkannya. SS akan menjadi nakhoda dari koran baru ini, rencananya bakal bernama Koran Kami.
Untuk proyek koran baru tersebut SS merekrut para veteran wartawan, orang-orang yang pernah bergelut dengan dinamika media cetak sebelum media digital di ambang menggantikan supremasi media cetak. Di kantor baru Koran Kami, orang-orang lama dalam dunia jurnalistik bergabung dengan rekrutan baru, anak-anak muda dari dunia digital. Di antara anak-anak muda itu, terdapat Lucy, muda belia, lulusan universitas di Amerika, kosmopolit dan kaya raya. Lucy bukan hanya mengagumi SS, tapi juga terpesona dengan bayang-bayang generasi masa lalu yang ia dengar memalui penuturan SS.
SS banyak merefleksikan pengalamannya tatkala bekerja sebagai wartawan media cetak dulu, pandangan-pandangannya mengenai bisnis informasi di era digital sekarang, dan lain-lain. Pendengar setianya adalah Lucy, yang baginya seperti mengembalikan kenangannya pada masa mudanya, tatkala dunia disemarakkan oleh The Beatles, antara lain dengan lagunya Lucy in the Sky with Diamonds.
