Skip to main content
Nota

Beristirahatlah di Bali, Ipong…

By November 10, 2021No Comments

Don, Ipong ra ono tadi jam 11.00 di Ubud.

Terhenyak, kaget, tak percaya, sedih, campur aduk tak bisa saya rumuskan tatkala menerima pesan Whatsapp dari sesama veteran Palmerah, Frans Sartono, Selasa (9/11) kemarin. Ipong yang ia maksud adalah Ipong Purnama Sidhi, sahabat di Palmerah, lama menjabat sebagai direktur sekaligus kurator Bentara Budaya Jakarta sebelum pensiun 6 tahun lalu.

Yang saya rasakan kurang lebih seperti perasaan Efix Mulyadi. Saya tahu dia menangis.

Beberapa saat setelah menata hati saya jawab Sartono: Yach, mungkin dia memilih tempat kembali. Dia suka Ubud.

Tak terlalu meleset perasaan saya.

Putu Fajar Arcana dalam tulisan obituari yang saya baca tadi pagi mengutip pernyataan Heriyati, istri mendiang Ipong. Sejak sebulan lalu pasangan itu tinggal sementara di Tegallalang, Gianyar, berdekatan dengan rumah anak-menantu. Sebetulnya mereka akan pulang ke Jakarta, tapi diperpanjang, karena menurut sang istri, Ipong yang beberapa tahun terakhir memang kurang sehat sejak di Tegallalang jadi lebih sehat.

Pagi kemarin usai mandi katanya Ipong mengenakan pakaian rapi. Hari itu agenda dia kontrol kesehatan rutin di Rumah Sakit Ari Canti di kawasan Mas, Ubud.

“Tetapi dia bilang mau tidur saja. Nah setelah pamit tidur, eh tidur terus,” ucap Heriyati dikutip Arcana.

Istri Arcana, Yoan yang bersama Arcana tengah di Bali untuk menyambut Galungan, terus mengabarkan perkembangan berita. Sore dia kirim foto-foto pemakaman Ipong di pemakaman muslim di Gianyar, dihadiri sedikit orang.

Terus-menerus saya terbayang wajah Ipong. Senyumnya, celelekan-nya, dan tentu saja persahabatan kami berdua.

Jelas saya tahu kecintaan Ipong pada Bali. Dalam kapasitas dia sebagai pemangku Bentara Budaya Jakarta sangat sering dia dan saya ke Bali—juga ke kantong-kantong budaya lain—untuk keperluan mengisi kegiatan di Bentara Budaya.

Seabrek-abrek teman kami di Bali. Bersama Ipong dulu saya nongkrong, minum bir, di bawah pohon-pohon kelapa dalam suasana romantik malam di Sanur.

Kami lupa waktu. Setelah mengantar saya tengah malam Ipong kembali ke Ubud. Pagi dia bercerita pada saya bahwa ia berhenti di pinggir jalan di daerah Mas. Katanya ia tak bisa menahan kantuk, tidur di tepi jalan.

Tidak aneh bagi saya. Ketika melakukan tugas jurnalistik saya juga pernah tengah malam tidur di emper toko di kota Blora, Jawa Tengah.

Ipong bertumbuh bersama saya di persawahan kreatif milik Pak Jakob bernama Palmerah. Ia membikin ilustrasi cerpen dari cerpen-cerpen yang dipilih redaksi.

Dalam suasana keranjingan berkarya, tahun 1993 saya membuat buku kumpulan cerpen berjudul Urban Sensation!

Saya baca ulang, erotik juga tulisan saya waktu itu. Lebih nekat dibanding sekarang.

Ipong membikin ilustrasi cover buku itu.

Latar merah menyala, dengan gambar cewek dan sejumlah wajah anomali urban.

Hanya Ipong yang bisa menginterpretasikan karya-karya saya dengan baik.

Tahun 2008, masa ramai-ramainya kegiatan pameran di galeri-galeri di Jakarta, Ipong berpameran tunggal di vivi yip art room.

Saya sendiri yang nekat-nekatan menentukan tema dan memberi pengantar pada katalog pameran. Judulnya “Pop Culmination”. Itu untuk menjawab kebutuhan pemilik galeri yang nota bene istri saya sendiri, berhubungan dengan inklinasinya terhadap karya-karya pop dan kontemporer. Karya Ipong mengingatkan pada karya-karya Jackson Pollock, Barquiat, dan lain-lain.

Kobaran semangat berkarya, pulau menyenangkan bernama Palmerah, rasa persaudaraan, pengelanaan di Bali, teman-teman seniman di Bali dan di mana saja, itulah yang saya ingat bersama kenangan tentang Ipong.

Suatu saat pasti saya akan mengunjungi alamat Ipong yang baru, di Gianyar.

Di makamnya nanti saya akan meniru cara dia mengulurkan tangan untuk bersalaman setiap kali ketemu teman-teman seniman di Bali dulu, sambil mengucapkan kata bahasa Bali yang tidak akan saya kutip di sini.

Kata yang mewakili kenakalannya, yang bisa membuat orang terperangah, dan kemudian tertawa.

Biarlah kata itu menjadi rahasia persahabatan kami berdua.***

10/11/2021

Leave a Reply