Skip to main content
Nota

Menulis

By March 5, 20214 Comments

Acapkali setelah janji melalui telepon orang datang ke art room istri saya di Bintaro untuk melihat-lihat lukisan. Tiga hari lalu datang teman membawa temannya, perempuan. Sang teman ini kata dia hendak menulis buku. Ia sengaja mengenalkan pada saya sebagai orang yang telah menulis beberapa buku.

Sambil memanaskan air untuk membikin kopi saya bertanya, apakah pernah membaca buku saya.

Belum, ujarnya. Katanya dia jarang membaca.

Saya maklum. Pembaca tulisan saya umumnya orang-orang kurang kerjaan dan memiliki toleransi tinggi terhadap kengawuran saya.

Buku apa yang hendak mbak tulis, saya bertanya lebih lanjut.

Novel, katanya.

Wah pekerjaan berat, saya berkomentar. Harus memahami banyak karakter yang bakal muncul. Memahami karakter satu manusia saja kadang berat.

Ohhh, bukan novel. Apa saja pokoknya saya ingin menulis buku, ia mengoreksi.

Apakah mbak ingin menulis untuk dibaca anak, saya bertanya. Saya ingat Salman Rushdie. Dia menulis Haroun and the Sea of Stories untuk anak lelakinya.

Anak saya tidak suka membaca, ucapnya.

Atau barangkali untuk dibaca suami, iseng-iseng saya berucap.

Ah, apalagi dia. Dia mana dengerin saya. Dia juga jarang membaca, ujarnya lagi.

Saya merasa berhadapan dengan dunia yang absurd. Orang yang tidak suka membaca, suaranya kemungkinan tidak didengar di rumah, berniat menulis buku untuk publik anonim yang tak dikenalnya.

Kopi telah siap. Ada pisang goreng.

Mendadak saya merasa iba.

Saya menawarinya minum.  Kopi dan pisang goreng lebih tepat untuk hawa yang dingin di tengah hujan hari itu.

Join the discussion 4 Comments

  • Hartono R says:

    Ini sindiran keras bagi orang yg pengin mjd penulis hanya karena pengin terkenal. Mungkin mbaknya blm tahu, menulis itu butuh kedisiplinan, endurance, dan tujuan yg jelas, selain menulis adalah tugas hidup dan passion.

    Menulis itu sekawan dengan membaca.

  • marinA says:

    Dhuarrrr, seribu satu macam manusia. Menarik!

  • Sebuah sikap yang elegan ketika menghadapi manusia absurd. Beberapa penulis begitu diberitahu bahwa bukunya belum dibaca, langsung hilang gairah untuk melanjutkan pembicaraan

  • Nalini says:

    Hahahaha…
    speechless …
    Keaneka ragaman manusia masa kini ..

Leave a Reply